بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Senin, 24 Juni 2013

Sungguh Menikah itu Mulia



akad nikah                                                                        Keindahan dari sebuah pernikahan adalah rasa cinta
Kemulyaan dari sebuah pernikahan adalah rasa ikhlas
Keagungan dari sebuah pernikahan adalah ikatan
Kebahagiaan dari sebuah pernikahan adalah kesetiaan
Kekuatan dari sebuah pernikahan adalah iman


Cinta mungkin datang sebelum menikah, cinta bisa datang ketika menikah, cinta juga bisa muncul setelah menikah. Manakah yang lebih mulia? Yang lebih mulia adalah yang mampu menjaga kesucian cinta itu.

Ketika ia mampu menjaga kemulyaan cinta maka keindahanpun akan terwujud. Bukan dengan nafsu cinta dibuktikan, bukan dengan pasrah cinta disampaikan, namun cinta akan terbukti dengan rasa saling menghargai. Pernikahan adalah pelabuhan bagi cinta. Menghalalkan rasa cinta dan tetap memurnikan kesuciannya.

Kemulyaan dari sebuah pernikahan adalah rasa ikhlas. Ikhlas untuk menerima semua kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki pasangan. Ikhlas untuk saling memberi yang terbaik. Ikhlas untuk senantiasa menghargai apa yang ada padanya.
Pernikahan akan terasa agung andai ia terjaga dengan ikatan ketulusan. Ia akan terasa agung andai ia terjaga dengan ikatan kebersamaan. Ia akan terasa agung andai ia terjaga dengan ikatan aqidah.

Kebahagiaan dari sebuah pernikahan adalah kesetiaan. Setia untuk saling menjaga, setia untuk saling  percaya dan setia untuk saling terbuka.
Sungguh, kekuatan pernikahan adalah iman. Ia akan memberi ruh dalam perjalannya. Ia akan menghidupkan jiwa dalam setiap langkahnya. Ia akan menyatukan keduanya sampai ke syurga.


















Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/06/24/35768/sungguh-menikah-itu-mulia/#ixzz2XBp1mw1m 

Sabtu, 08 Juni 2013

Dengan Apa Institusi Keluarga Dapat Terpelihara?

Ada  tiga hal yang  merupakan perangkat untuk membentuk  dan menjaga insitusi keluarga. Ketiga hal yang dimaksud adalah:  pertama nilai-nilai agama, kedua kontrol sosial masyarakat dan yang ketiga adalah pemerintah.
Ilustrasi - Keluarga. (zawaj)

Bagaimana peran masing-masing?

1. Agama
Sebuah institusi keluarga akan terbentuk dan terpelihara keutuhan dan keharmonisannya,  jika  melandaskan pembentukan dan pengoragnisasiannya  berdasarkan nilai-nilai agama. Seseorang yang ketika awal mula mau menikah, meniatkan dalam rangka ibadah, menyempurnakan ketaqwaan,  menjaga kesucian  dan memilih pasangan dengan kriteria dien/agama,  maka insya Allah kehidupan keluarganya  akan senantiasa penuh kebahagiaan, keberkahan dan harmonis.  Demikian juga , nilai-nilai agama akan menjadi landasan dalam setiap interaksi dan komunikasi dengan pasangan dan seluruh anggota  keluarga.  Khidmah/pelayanan  istri kepada suaminya, kasih sayang  dan nafqah yang diberikan suami  untuk keluarganya, semuanya akan  berjalan dengan penuh  ketulusan, manakala  dilandasi dengan semangat menjalankan ketaatan kepada nilai-nilai agama, dan semuanya akan berbuah pahala, yang berarti kebahagiaannya tidak berhenti di dunia saja, tapi berlanjut sampai akherat.
Nilai-nilai agama juga membentengi agar institusi keluarga tetap  kokoh berdiri dan tidak mudah tercerai berai, karena Dienul Islam berupaya keras untuk meminimalisir perceraian.  Perceraian adalah sesuatu yang halal, akan tetapi sangat dibenci oleh allah swt, sesuai hadis riwayat  abu dawud dan ibnu majah.

2. Kontrol Sosial Masyarakat
Kondisi sosial masyarakat, sedikit banyak akan mempengaruhi  kekokohan dan  keharmonisan institusi keluarga. Secara logika, yang sedikit akan terpengaruh yang banyak,  yang kecil akan terpengaruh oleh yang besar. Maka keluarga, sebagai bagian dari masyarakat,  keadaannya akan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat. Masyarakat yang baik, dengan tokoh/pemimpin  yang bisa menjadi tauladan dalam hidup berkeluarga, aturan dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat,  berperan besar dalam upaya menjaga/memelihara institusi keluarga. Termasuk dalam hal ini adalah  kendali  dan pengaruh dari keluarga besar. Juga  tetangga  dan lingkungan sekitar, turut serta  perangkat yang dapat  menjaga  dan melindungi eksistensi dan keutuhan keluarga.
Rasul saw bersabda: “kalian datang ke saudara kalian, maka perbaiki perjalanan, rapihkan pakaian, hingga kalian menjadi tahi lalat (titik indah) di tengah-tengah masyarakat, karena Allah tidak suka dengan segala bentuk keingkaran dan perbuatan keji” (HR Abu dawud)
Selain masyarakat  secara umum, sesungguhnya, Lembaga-lembaga Swadaya masyarakat, yayasan dan lembaga semacamnya, juga memiliki peran yang sangat strategis untuk menjaga dan memelihara isntitusi keluarga. Banyak hal yang bisa dilakukan, diantaranya: menyelenggarakan
Pusat-pusat pendidikan dan pelatihan, baik formal maupun non formal yang di dalamnya dikaji/dibahas berbagai hal terkait keluarga, misalnya  kajian parenting, kajian kesehatan keluarga, ekonomi keluarga dan sebagainya. Juga lembaga-lembaga Ziswaf berperan membantu secara materi /finansial, bagi para pemuda  yang menikah tapi memiliki keterbatasan ekonomi, juga bagi keluarga-keluarga  yang mengalami kesulitan  ekonomi.

3. Pemerintah
Peran pemerintah dalam  membentuk dan memelihara keluarga sangat besar,  terutama dalam hal  pembuatan kebijakan  yang berpihak kepada keluarga. Kebijakan yang dituangkan dalam bentuk perundangan atau peraturan daerah,  akan sangat efektif dalam menjaga  keluarga  dari berbagai ancaman globalisasi,  menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga, serta mendidik   generasi yang memiliki kekokohan jiwa, akhlak yang mulai, dan fisik yang kuat dan akal yang cerdas. Tidak bisa dipungkiri, bahwa kebijakan terkait dengan tayangan media misalnya, sangat berpengaruh terhadap kehidupan berkeluarga. Di sinilah diperlukan kebijakan atau pengaturan dari pemerintah,  sekaligus keseriusan dalam merealisasikannya dan ketegasan dalam memberikan sanksi bagi  yang melanggar.
Pemerintah juga  harus memciptakan kondisi  yang kondusif agar para pemuda yang sudah berkeinginan menikah, tidak terhalangi hanya karena masalah finansial. Penyediaan lapangan kerja, termasuk juga penentuan usia  pernikahan, akan lebih bijak jika tidak dibatasi usia biologis semata, tapi lebih ditekankan pada masalah kematangan.  Jangan sampai terjadi, pemuda dihalangi  menikah karena masalah umur, tapi disatu sisi dibiarkan melakukan pergaulan  dan seks bebas.
Sekali lagi, semua  hal –hal terkait dengan kebijakan secara umum di tengah masyarakat, menjadi kaharusan agar memperhatikan  kepentingan  dan keutuhan keluarga.
Demikianlah, keluarga adalah  batu bata, yang akan menyusun masyarakat dan negara. Posisi strategis keluarga, harus disadari oleh seluruh pihak, tanpa kecuali.
KELUARGA  adalah rumah jiwa bangsa.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/06/01/34224/dengan-apa-institusi-keluarga-dapat-terpelihara/#ixzz2Vff6C9Vv 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Kamis, 06 Juni 2013

Warna Pakaian Rasulullah SAW


Ada beberapa Warna yang sering digunakan Rasulullah SAW :















Alhamdulillah bisa belajar lebih dekat tentang kehidupan Rasulullah saw, kali ini bab Warna Pakaian.



Senin, 18 Maret 2013

Jalan itu masih panjang…




 Bismillah…
Jalan itu masih panjang…

Masih terbentang luas hamparan kebahagiaan yang menanti di depan sana.

Jalan itu masih panjang…
Masih memberikan harapan dan cita kesuksesan yang telah menanti.

Jalan itu masih panjang…
Janganlah terhenti hanya karna masa lalu yang membelenggu.
Jalan itu masih panjang…

Beranikanlah dirimu untuk menentukan langkah selanjutnya, biarlah masa lalu akan menjadi kenangan indah dalam hidupmu, menjadi kisah yang membuatmu menjadi besar seperti sekarang ini.

Jalan itu masih panjang…
Ingatlah, janji kehidupan yang lebih baik telah menunggu mu di depan sana.
Janganlah kau terjebak dalam kungkungan masa lalu yang tak akan pernah kembali.

Jalan itu masih panjang…
Bangkitlah, jangan biarkan masa lalu mu merenggut semua kebahagiaan yang bertebaran di alam semesta ini.

Jalan itu masih panjang…
Mulailah berbenah diri, menyiapkan bekal terbaik untuk menggapai janji kehidupan yang lebih baik.

Teruslah bergerak, jangan terhenti.
Teruslah berkarya, janganlah terpuruk.

Ingatlah, Tuhan tak menciptakan hanya satu kebahagiaan untukmu,
masih banyak bahagia yang tersebar jika kau mau membuka hati dan pikiranmu.

Ingatlah, masih banyak pintu kebahagiaan yang terbuka lebar untuk kau singgahi,
janganlah kau hanya terpaku pada satu pintu yang telah tertutup untukmu.
Ingatlah, bahwa Tuhan tak pernah tertidur.

Allah tak pernah berdiam diri.
Allah tak pernah membiarkanmu sendiri.
Allah tau apa yang kau butuhkan, bukan apa yang kau inginkan.

Apa yang menurutmu baik belum tentu baik dalam pandangan Allah,
dan apa yang menurutmu buruk mungkin itu adalah yang terbaik dalam pandangan Allah.
Sekali lagi, Allah tau apa yang kau butuhkan kawan, bukan apa yang kau inginkan…

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Senin, 21 Januari 2013

Kenapa Aku Diuji?





             Pernah ada seseorang yang bercerita kepadaku tentang masalah yang dihadapinya. Saat aku mencoba memposisikan diri sebagai dia, rasanya aku tidak akan mampu bertahan dalam kondisi yang saat itu ia alami. Ia bertanya kepadaku, kenapa harus ia yang mengalami cobaan seberat ini? Saat pertanyaan itu hadir, aku teringat sebuah dialog dalam film “Kiamat sudah dekat” garapan Deddy Mizwar beberapa tahun lalu.
Dialog itu terjadi antara Asrul dan ibunya. Asrul yang terlahir dari keluarga kurang mampu bertanya kepada sang Ibu yang berprofesi sebagai buruh cuci.
“Bu, kenapa kita diberi cobaan seperti ini?”
Sang ibu menjawab, “Karena Allah tahu kita mampu untuk menjalaninya.”
Begitulah kira-kira. Aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban serupa.

Kenapa aku di uji?

      Pernahkah kita bertanya seperti itu? Entah kepada teman, orang tua, atau kepada diri sendiri? Jawabannya kemungkinan besar pasti pernah. Lalu, adakah mendapatkan jawaban yang memuaskan? Jika belum, Allah telah menjawabnya dalam QS. Al-Ankabut ayat 2-3. Di dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa seorang hamba tidak akan dibiarkan mengatakan bahwa ia telah beriman, sebelum ia diuji. Jadi, ujian yang datang kepada kita itu adalah bentuk dari “test” yang Allah berikan, apakah kita memang benar telah beriman kepada-Nya atau hanya sekadar ucapan lisan.

Al-`Ankabut[29]:2
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?


Al-`Ankabut[29]:3
Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

Kenapa Aku Tidak Mendapatkan Apa Yang Aku Idam-Idamkan?

       Terkadang, ujian yang kita rasa berat adalah di saat kita tidak mendapatkan sesuatu yang sangat kita harapkan. Contoh, ketika kita memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun jurusan yang kita dapatkan bukanlah seperti yang kita harapkan. Perasaan kecewa pun tak bisa ditolak. Hingga rasa down pun hadir di awal-awal perkuliahan. Tapi, life must go on!!
Ketika kondisi ini pernah dialami, maka ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 216, yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “
Ya, Allah Maha Mengetahui! Ia tahu segala yang baik untuk kita, dan yang harus selalu kita ingat adalah Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah akan senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan. Keinginan manusia itu tidak akan pernah ada habisnya. Jika Allah selalu memberikan apa yang kita inginkan, bukan tidak mungkin kita akan selalu meminta lebih dan lebih, hingga kesyukuran pun tidak hadir di jiwa-jiwa ini.

Al-Baqarah[2]:216
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. 


Kenapa Ujian Seberat Ini?

     Ini lagi pertanyaan yang sering terlontar dari diri orang-orang yang sedang di uji. Pengertian “berat “di sini relative, tergantung siapa yang sedang mengalaminya. Boleh jadi di PHK itu bukan ujian yang berat menurut si A, tapi berbeda dengan si B yang merasa di PHK itu adalah kondisi yang sangat berat untuknya. Ketika terbersit perasaan “berat” dalam hati kita, ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 yang artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Intinya, Allah tidak akan memberi ujian kepada seseorang melebihi batas kesanggupannya. Allah memberi ujian tersebut, karena Allah tahu bahwa kita mampu. Tapi ketika kita tidak mampu melewati ujian yang Allah beri, maka saat itu kita patut mempertanyakan keimanan kita!

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَامَا ٱكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَارَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَمِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُعَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَىٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ ﴿٢٨٦
Al-Baqarah[2]:286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." 

Rasa Frustasi?

           Ketika cobaan datang menghampiri, rasa frustasi pun terkadang tak bisa kita hindari. Merasa lemah dan tak mampu menjalani sisa hidup yang masih Allah berikan. Tapi Allah sudah memberi larangan dan kabar gembira dalam QS. Ali-Imran ayat 139 “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. “
Orang yang mampu melewati ujian yang Allah berikan, berarti keimanan yang ia nyatakan bukan hanya tergantung di lisan. Orang yang tidak bersikap lemah dan bersedih hati, apalagi sampai frustasi atas ujian yang Allah beri, maka telah Allah persiapkan sebuah reward yaitu derajat yang tinggi. Ketika ujian datang, anggap saja itu sebagai “promosi jabatan” yang Allah berikan untuk kita.

'Ali `Imran[3]:139
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. 

Bagaimana aku harus menghadapinya?

     Ujian yang Allah berikan adalah wujud dari kasih sayang Allah kepada hambanya. Ketika memberi ujian pun Allah sudah memberikan jalan keluarnya, yaitu sabar dan shalat. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 45. Berharaplah pertolongan dari Allah melalui dua hal tersebut. Selain itu, janganlah berharap pertolongan dari siapapun atau apapun. Karena orang beriman hanya menggantungkan harapnya hanya kepada Allah.
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.” (QS. At-Taubah ayat 129)
Jika rasanya tidak mampu bertahan lagi, ingatlah firman Allah dalam QS. Yusuf ayat 87 yang berisi peringatan, “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. “

At-Taubah[9]:129
Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung."
Yusuf[12]:87
Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." 
Apa yang aku dapat dari semua ini?

    Di penghujung ujian yang Allah berikan, ada hadiah yang telah Allah persiapkan bagi hambanya yang mampu melewati ujian demi ujian hanya dengan meminta pertolongan-Nya melalui sabar dan shalat dan hanya menggantungkan harap pada-Nya, yaitu surga!
Allah berfirman, dalam QS. At-Taubah ayat 111 “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”

At-Taubah[9]:111
Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung. 

Subhanallah…

Hotel Dubai boleh mewah, tapi hotel dubai tidak sebanding dengan emeperan surga ...
pertahankan kelebihan kita, pertahankan yang bagus-bagus dan berusaha memperbaiki kekurangan kita dan juga kejelekan-kejelekan kita











Sumber: