بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Senin, 21 Januari 2013

Kenapa Aku Diuji?





             Pernah ada seseorang yang bercerita kepadaku tentang masalah yang dihadapinya. Saat aku mencoba memposisikan diri sebagai dia, rasanya aku tidak akan mampu bertahan dalam kondisi yang saat itu ia alami. Ia bertanya kepadaku, kenapa harus ia yang mengalami cobaan seberat ini? Saat pertanyaan itu hadir, aku teringat sebuah dialog dalam film “Kiamat sudah dekat” garapan Deddy Mizwar beberapa tahun lalu.
Dialog itu terjadi antara Asrul dan ibunya. Asrul yang terlahir dari keluarga kurang mampu bertanya kepada sang Ibu yang berprofesi sebagai buruh cuci.
“Bu, kenapa kita diberi cobaan seperti ini?”
Sang ibu menjawab, “Karena Allah tahu kita mampu untuk menjalaninya.”
Begitulah kira-kira. Aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban serupa.

Kenapa aku di uji?

      Pernahkah kita bertanya seperti itu? Entah kepada teman, orang tua, atau kepada diri sendiri? Jawabannya kemungkinan besar pasti pernah. Lalu, adakah mendapatkan jawaban yang memuaskan? Jika belum, Allah telah menjawabnya dalam QS. Al-Ankabut ayat 2-3. Di dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa seorang hamba tidak akan dibiarkan mengatakan bahwa ia telah beriman, sebelum ia diuji. Jadi, ujian yang datang kepada kita itu adalah bentuk dari “test” yang Allah berikan, apakah kita memang benar telah beriman kepada-Nya atau hanya sekadar ucapan lisan.

Al-`Ankabut[29]:2
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?


Al-`Ankabut[29]:3
Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

Kenapa Aku Tidak Mendapatkan Apa Yang Aku Idam-Idamkan?

       Terkadang, ujian yang kita rasa berat adalah di saat kita tidak mendapatkan sesuatu yang sangat kita harapkan. Contoh, ketika kita memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun jurusan yang kita dapatkan bukanlah seperti yang kita harapkan. Perasaan kecewa pun tak bisa ditolak. Hingga rasa down pun hadir di awal-awal perkuliahan. Tapi, life must go on!!
Ketika kondisi ini pernah dialami, maka ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 216, yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “
Ya, Allah Maha Mengetahui! Ia tahu segala yang baik untuk kita, dan yang harus selalu kita ingat adalah Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah akan senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan. Keinginan manusia itu tidak akan pernah ada habisnya. Jika Allah selalu memberikan apa yang kita inginkan, bukan tidak mungkin kita akan selalu meminta lebih dan lebih, hingga kesyukuran pun tidak hadir di jiwa-jiwa ini.

Al-Baqarah[2]:216
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. 


Kenapa Ujian Seberat Ini?

     Ini lagi pertanyaan yang sering terlontar dari diri orang-orang yang sedang di uji. Pengertian “berat “di sini relative, tergantung siapa yang sedang mengalaminya. Boleh jadi di PHK itu bukan ujian yang berat menurut si A, tapi berbeda dengan si B yang merasa di PHK itu adalah kondisi yang sangat berat untuknya. Ketika terbersit perasaan “berat” dalam hati kita, ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 yang artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Intinya, Allah tidak akan memberi ujian kepada seseorang melebihi batas kesanggupannya. Allah memberi ujian tersebut, karena Allah tahu bahwa kita mampu. Tapi ketika kita tidak mampu melewati ujian yang Allah beri, maka saat itu kita patut mempertanyakan keimanan kita!

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَامَا ٱكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَارَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَمِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُعَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَىٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ ﴿٢٨٦
Al-Baqarah[2]:286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." 

Rasa Frustasi?

           Ketika cobaan datang menghampiri, rasa frustasi pun terkadang tak bisa kita hindari. Merasa lemah dan tak mampu menjalani sisa hidup yang masih Allah berikan. Tapi Allah sudah memberi larangan dan kabar gembira dalam QS. Ali-Imran ayat 139 “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. “
Orang yang mampu melewati ujian yang Allah berikan, berarti keimanan yang ia nyatakan bukan hanya tergantung di lisan. Orang yang tidak bersikap lemah dan bersedih hati, apalagi sampai frustasi atas ujian yang Allah beri, maka telah Allah persiapkan sebuah reward yaitu derajat yang tinggi. Ketika ujian datang, anggap saja itu sebagai “promosi jabatan” yang Allah berikan untuk kita.

'Ali `Imran[3]:139
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. 

Bagaimana aku harus menghadapinya?

     Ujian yang Allah berikan adalah wujud dari kasih sayang Allah kepada hambanya. Ketika memberi ujian pun Allah sudah memberikan jalan keluarnya, yaitu sabar dan shalat. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 45. Berharaplah pertolongan dari Allah melalui dua hal tersebut. Selain itu, janganlah berharap pertolongan dari siapapun atau apapun. Karena orang beriman hanya menggantungkan harapnya hanya kepada Allah.
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.” (QS. At-Taubah ayat 129)
Jika rasanya tidak mampu bertahan lagi, ingatlah firman Allah dalam QS. Yusuf ayat 87 yang berisi peringatan, “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. “

At-Taubah[9]:129
Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung."
Yusuf[12]:87
Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." 
Apa yang aku dapat dari semua ini?

    Di penghujung ujian yang Allah berikan, ada hadiah yang telah Allah persiapkan bagi hambanya yang mampu melewati ujian demi ujian hanya dengan meminta pertolongan-Nya melalui sabar dan shalat dan hanya menggantungkan harap pada-Nya, yaitu surga!
Allah berfirman, dalam QS. At-Taubah ayat 111 “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”

At-Taubah[9]:111
Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung. 

Subhanallah…

Hotel Dubai boleh mewah, tapi hotel dubai tidak sebanding dengan emeperan surga ...
pertahankan kelebihan kita, pertahankan yang bagus-bagus dan berusaha memperbaiki kekurangan kita dan juga kejelekan-kejelekan kita











Sumber: 



Kamis, 17 Januari 2013

Ibadah Kerja dengan niat awal karena ALLAH Swt



Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." 


حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمَّارٍ مُؤَذِّنُ مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدًا الْمَقْبُرِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ : خَيْرَ الْكَسْبِ كَسْبُ يَدَيْ عَامِلٍ إِذَا نَصَحَ

رواه احمد

Telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kami Muhammad bin Ammar juru adzan Rasulullah shalallahu ‘alihi wassalam, ia berkata aku mendengar Said Al Maqburi berkata; aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alihi wassalam bersabda:
    "Sesungguhnya hasil usaha yang baik adalah hasil usaha tangan seorang pekerja, jika ia hatinya tulus"

Hidup ini adalah perjuangan! Itu bukan hanya sekadar jargon akan tetapi begitulah adanya kehidupan terlebih lagi di masa kini, di mana segala hal terkadang diukur materi! Semoga bukan kita, bukan kita yang selalu mengukur segalanya dengan sebuah nilai keduniaan yang hakikatnya tak lah lebih dari sehelai sayap nyamuk! Masih ada hal yang lebih pantas untuk dijadikan ukuran agar kehidupan ini jauh lebih berarti. Maka ingatlah akhirat maka kau akan selamat!

Salah satu bentuk perjuangan adalah dengan bekerja, bekerja keras juga cerdas. Tak kalah penting bekerja dengan hati! Hati-hati jadi korupsi. Korupsi itu hal kecil yang terakumulasi menjadi sebuah kejahatan besar! Penjahat manusia yang harus musnah jika ingin aman sentosa kita punya negara! Aha, balik lagi pada soal bekerja! Tulus bekerja karena Allah Rabbul’izzati membuat kita lebih berarti “Sebaik-baiknya usaha adalah usaha tangan seorang pekerja apabila ia mengerjakan dengan tulus”. (Ahmad)

Ikhlas harus turut serta menjadi bagian terpenting begitu pula kejujuran. Banyak orang yang pintar sekarang ini, tapi mengenaskan di sisi lain semakin langkah orang jujur!
Berjuang sepenuh hati! Bila hanya setengah hati atau bahkan seperempat asa maka kita akan begitu dekat dengan kegagalan karena kegagalan adalah milik mereka yang melangkahkan setengah hati, tak jelas apa yang dicari (From zero to hero). Lagi pula apa nikmatnya bekerja setengah-setengah, asal-asalan, asal jadi, asal kerja bukankah hasilnya pun tak maksimal. Bukankah Allah mewajibkan kita bekerja profesional “Sesungguhnya Allah mewajibkan kebaikan (Profesionalitas) atas segala sesuatu” (HR.Muslim).

Mungkin perintah ini belum lah cukup untuk membuat kita tersadar dan bangun dari kemalasan bekerja tanpa semangat, maka coba renungkan! Paling tidak baca dengan hati, “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. At-taubah: 105).
Sekali lagi ingat akhirat bila ingin selamat! Saat di Padang Mahsyar nanti, kita akan dipertontonkan semua adegan-adegan yang pernah kita lakoni di dunia ini. Semua perbuatan-perbuatan yang sudah kita perbuat tak kan luput bahkan kejahatan sekecil biji kurma.
Setiap kali kita dilanda lelah, pikiran penat, kerjaan numpuk bikin mumet. Kerja lembur! Dari pagi sampai malam. Sungguh pelu. Akan tetapi bersyukurlah, kita masih memiliki pekerjaan! Coba kita tengok! Pengangguran yang masih berkutat pada kabar lowongan? Atau susahnya orang-orang yang mencari nafkah dengan cara halal akan tetapi harus dibayar dengan hasil yang tak seimbang!

Oleh karena demikianlah betapa patutnya kita mencintai pekerjaan kita. Pekerjaan yang kita jalani karena Allah tidak akan membuat kita terjebak pada rutinitas, sungguh berarti, memaknai dan memaksimalkan usaha kita agar bertambah berkah. Seorang motivator kenamaan Marpaung dalam bukunya Fulfilling Life membagi bekerja dalam tiga tingkatan besar, pada akhirnya semoga kita mampu mengklasifikasikan diri kita pada tingkatan mana? Hingga kita selalu mampu meledakkan potensi dan menjalani setiap pekerjaan dengan ikhlas tanpa pamrih, paling tidak gajih! Yakni occupation, professional, dan vacation.
Occupation berarti seseorang bekerja hanya untuk menghabiskan waktu dan memperoleh sejumlah uang. Baginya tidak penting apakah naik jabatan, karier, maupun penghargaan lainnya. Tipe pekerja seperti ini yang penting asal gaji berkala. Karyawan pada tingkatan ini tindakan pertama yang dilakukan begitu masuk kantor bukannya langsung bekerja, melainkan mengobrol sana-sini, membuat mie instan untuk sarapan atau berbagi makanan yang dibawa untuk sarapan bersama.

Lain lagi karyawan yang masuk pada tingkatan professional. Mereka tidak hanya menunaikan kewajiban dan rutinitas harian, melainkan juga berfikir bagaimana agar apa yang dilakukannya setiap hari meningkat kualitasnya. Panggilan pekerjaan baginya bukan hanya sekadar untuk mendapatkan gaji dalam rangka memenuhi kebutuhannya, melainkan berusaha terus-menerus meningkatkan kompetensi diri, bahkan hingga di luar disiplin ilmunya. Tingkatan yang paling tinggi dalam bekerja adalah vacation, bagi mereka yang sudah menapak di tahap ini, beraktivitas bukan lagi suatu pekerjaan (working), melainkan sudah merupakan panggilan (calling) hati.

“Tuhan lebih tahu diriku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui diriku daripada kalian…” Maka nilai diri kita pada tingkatan mana kita berada serta pikirkan dalam-dalam, memuhasabah diri sebelum kelak kita di hisab akan segala tingkah dan laku yang pernah dibuat. Pekerja sejati melakukan pekerjaannya dengan seluruh kemampuan diri dan hati! Tunggu apalagi? Yuk, perbaiki diri, tingkatkan ibadah kerja! Bekerja kreatif, bekerja produktif. Akhirat di hati, dunia tergenggam di tangan. Bekerja setengah hati membuat hidup tak berarti.





Ref :


http://www.alquranalhadi.com/

Ahmad, Abu Abdallah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal (w. 246 H), Musnad Ahmad. CD

http://www.dakwatuna.com/2013/01/26741/bekerja-setengah-hati-membuat-hidup-tak-berarti/#ixzz2IHLDshW0

Selasa, 08 Januari 2013

Pacaran, SORRY !!

               Pada zaman era gLobaLisasi ini kebanyakan orang tua tidak Lagi memandang penting upaya mencarikan jodoh untuk putra-putrinya. ApaLagi setelah ada istiLah "Siti Nurbaya". bisa-bisa mereka dicap orang tua yang jaduL, kuno, dan tidak modern. Padahal, tentu saja tidak begitu.

Pergaulan yang mulai meluas, pengaruh budaya barat, kebutuhan untuk mencari pasangan, membuat kita mengenal istilah yang bernama "PACARAN". yang diartikan secara umum bermesraan untuk melampiaskan kasih sayang.


          sayangnya lambat laun pacaran menjadi budaya. bahkan biar dianggap "GAUL." Pacaran menjadi salah satu alat dalam pergaulan. kalau tidak pacaran, tidak dianggap anak gaul. Banyak remja yang pusing, stres, dan rendah diri karena belum punya pacar. Apakah memang seperti itu?


Budaya barat semakin mempengaruhi pikiran remaja zaman sekarang. pacaran tidak lagi sekedar mengucapkan kata-kata sayang, berduaan, atau berpegangan tangan. Pacaran sudah diartikan lebih dari itu. Istilah ML (making love) menjadi hal yang lazim. Yang maksudnya adalah berhubungan seks sebagai tanda cinta. Masya ALLAH....
Bahkan adalah hal yang biasa bagi dua orang yang berpacaran untuk melakukannya, apalagi kalau sudah akan menikah. Toh sebentar lagi menikah.

        
       Dimata ALLAH swt, Pacaran adalah salah satu perbuatan yang mendekati zina. Sebab, didalam hubungan yang bernama pacaran itu semua bentuk zina bisa ditemukan. zina hati, zina mata, zina tangan, zina kaki, zina mulut,dan zina yang terbesat, zina farji'(alat kemaluan). sulit sekali berdalih kalau terbebas dari zina-zina itu ketika berpacaran. Tidak mungkin! yang namanya pacaran, terutama kalangan remaja tidak bisa terhindar dari minimal berpegangan tangan. Apalagi remaja zaman sekarang, pegangan tangan saja sudah ketinggalan zaman. Ciuman? ketinggalan Zaman. Yang namnya pacaran tus, seharusnya sudah ML. So jadi tidak bisa menghindar dari dosa ber-Zina ketika sedang PACARAN

pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman. (An-Nur[24]:2 )


Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra [17]:32)

Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al-Mu'minun[23]:7)

Maka barangsiapa mencari di luar itu (seperti zina, homoseks dan lesbian), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al-Ma`arij[70]:31)

 قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنْ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ

رواه البخا ري واه مسلم وابو داود واحمد

dikatakan oleh Abu Hurairah dari nabi shalallahu ‘alihi wassalam : 

ALLAH menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, ia pasti melakukan hal itu dengan tidak dipungkiri lagi, zina mata adalah memandang, zina lisan adalah berbicara, jiwa mengkhayal dan kemaluan yang akan membenarkan itu atau mendustakannya. (sohih bukhori no 6122, sohih muslim no 4801-4802, abu daud no1840. ahmad no 7394, 8006, 8170, 8183, 8243, 8488, 8576, 8963, 9196 dan 10490)

 عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ فِيمَنْ زَنَى وَلَمْ يُحْصَنْ جَلْدَ مِائَةٍ وَتَغْرِيبَ عَامٍ 

رواه البخا ري وا مسلم و التر مذ ي والنساءي وابو داود وابن ما جه وا حمد ولملك وادرم

dari Zaid bin Khalid Al Juhani mengatakan : " aku mendengar Nabi shalallahu ‘alihi wassalam menyuruh menghukum orang yang berzina dan dia belum menikah dengan dera seratus kali dan diasingkan selama setahun. (sohih bukhori no 6329, sohih muslim no 3210, tarmidzi no 1353, nasa'i no 5315 dan 5316, abu daud no 3855, ibn majah no 2539, ahmad 16423, malik no 1293, darimi no 2214)


jawaban dari beberapa teman tentang tujuan pacaran.
*" apa sih sebenarnya tujuan kamu pacaran? apakah kamu pacaran untuk menikah?""

->1. "Pacaran menurut gue simpel, menjalin hubungan antara dua belah pihak. jadi gak semua pengeluaran dtanggung sendri  cowonya. kalau untuk menikah ya gue pengen hubungan gue serius dan ga main-main."
(damar)

->2. "Pacaran itu menurut gue tahap penyesuaian atau pengenalan lebih dalam. jangan sampe udah merit malah kaget. jadi kalo diperjalanan nggak cocok dan udah nggak bisa ditolerir, yah diselesaikan baik-baik." pacaran untuk menikah" ngga juga kok. kalo oreintasinya untuk merit, nanti kita sendiri yang strees, ujung-ujungnya merit karena kepepet umur. kalo emang nggak cocok ya jangan maksa, ntar nyeselnya bisa seumur hidup karena kalo udah merit harus dipertahnkan seumur hidup dan mempertahankan komitmen. bukan cuma sekedar cinta aja".(nicole)

->3. "kalo menurut aku sih tergantung orang yang pacaran itu sendiri. jelas kalo dia ABG pasti cuman have fun doang tapi kalo dia udah dikategorikan dewasa, aku rasamereka pasti menginginkan hubungan yang lebih serius n' tentu saja berharap bakal kejenjang pernikahan". (karina)


sebagian besar responden ternyata menjawab bahwa pacaran belum tentu untuk menikah, apalagi kalau masih ABG. Pacaran bagi ABG cuma buat have fun, ikut-ikutan temen, biar keren, biar gaul, biar bisa pamer, dll. Sama sekali tidak ada niat untuk menikah. Lain kalau pacarannya ketika sudah dewasa baru ditujukan untuk menikah, itu pun belum tentu. kalau tidak cocok ya bubar meskipun tidak cocoknya setelah pacaran 7 tahun? hehe, apa tidak rugi tuh? pacaran lama-lama hanya untuk bubar?















ref: Al-Qur'an AL Hadi|http://www.pusatkajianhadis.com/?q=content/alquran-alhadi
     sohih bukhori (9 kitab hadis) 
     Lingkar pena, taaruf keren-pacaran sorry men:asma nadia